Para pedagang di Pasar Banjarsari menunjukkan optimisme tinggi terhadap peningkatan aktivitas jual beli menjelang akhir tahun. Dengan mulai stabilnya harga kebutuhan pokok serta meningkatnya daya beli masyarakat, banyak pedagang yakin bahwa pasar tradisional ini akan kembali ramai seperti sebelum pandemi.
Pasar Banjarsari, yang terletak di pusat Kecamatan Banjarsari, Kabupaten Ciamis, dikenal sebagai salah satu pasar tradisional terbesar dan terpenting di wilayah selatan Jawa Barat. Dengan lokasi strategis dan fasilitas yang terus diperbaiki, para pelaku usaha di pasar ini merasa memiliki peluang besar untuk meningkatkan omset penjualan dalam beberapa bulan ke depan.
Aktivitas Mulai Meningkat
Menurut sejumlah pedagang, sejak memasuki bulan September, jumlah pengunjung pasar perlahan mulai meningkat. Hal ini ditandai dengan makin padatnya lalu lintas di sekitar pasar setiap pagi, serta meningkatnya volume transaksi di lapak-lapak sayur, daging, dan sembako.
“Sekarang sudah mulai ramai lagi. Pembeli yang tadinya cuma beli setengah kilo, sekarang sudah mulai beli dalam jumlah lebih banyak. Mungkin karena harga sudah agak turun dan kondisi ekonomi membaik,” ujar salah satu pedagang sembako.
Pedagang lain yang menjual pakaian dan perlengkapan rumah tangga juga mengakui adanya peningkatan penjualan, meski belum signifikan. Ia optimistis menjelang akhir tahun dan momen liburan sekolah nanti, kunjungan ke pasar akan semakin tinggi.
Perbaikan Fasilitas Pasar Jadi Daya Tarik
Salah satu faktor yang turut mendorong optimisme pedagang adalah adanya perbaikan fasilitas pasar dalam beberapa waktu terakhir. Renovasi atap, pengaspalan jalan pasar, serta penataan area parkir membuat pengunjung merasa lebih nyaman saat berbelanja.
Dengan suasana pasar yang lebih bersih dan tertata, masyarakat tidak lagi segan untuk mengajak keluarga berbelanja langsung ke pasar tradisional. Hal ini memberi peluang lebih besar bagi pedagang non-pangan seperti penjual pakaian, peralatan dapur, hingga mainan anak-anak.
“Dulu pasar becek dan sempit, sekarang jalannya lebar, sudah dipaving. Jadi orang betah, enggak cepat-cepat pulang. Kalau betah, pasti belanjanya juga lebih banyak,” tutur pedagang kelontong yang sudah berjualan di pasar selama lebih dari 10 tahun.
Harga Barang Mulai Stabil
Stabilitas harga kebutuhan pokok juga menjadi angin segar bagi pedagang. Setelah sempat mengalami lonjakan pada awal tahun, harga sejumlah komoditas mulai turun dan berada pada tingkat yang lebih terjangkau oleh masyarakat.
Contohnya, harga beras medium yang sempat tembus Rp14.000 per kilogram kini sudah kembali ke kisaran Rp11.000–12.000. Harga cabai rawit yang sempat melonjak juga mulai turun, sementara telur dan daging ayam cenderung stabil.
“Kita juga lega karena harga barang enggak naik terus. Kalau harga stabil, orang mau belanja. Kita juga bisa jual dengan untung yang wajar tanpa takut kehilangan pelanggan,” jelas seorang pedagang sayuran.
Peran Pemerintah dan Komunitas
Dukungan dari pemerintah daerah dan komunitas pasar juga turut berperan dalam membangkitkan semangat pedagang. Kegiatan rutin seperti pasar murah, bazar UMKM, serta pelatihan digitalisasi perdagangan mulai sering dilakukan di Pasar Banjarsari.
Bahkan beberapa lapak mulai menggunakan sistem pembayaran non-tunai melalui QRIS atau dompet digital. Meskipun masih dalam tahap adaptasi, hal ini menunjukkan bahwa pasar tradisional juga mampu mengikuti perkembangan zaman.
“Kalau pembeli bawa uang digital, sekarang bisa bayar pakai QR. Kita pedagang juga senang, karena uangnya langsung masuk rekening dan lebih aman,” ujar pedagang buah yang mulai menerima pembayaran digital sejak awal tahun ini.
Harapan Menjelang Akhir Tahun
Menjelang akhir tahun, para pedagang berharap kondisi pasar terus membaik. Dengan banyaknya momen libur seperti Maulid Nabi, Natal, dan Tahun Baru, potensi peningkatan transaksi sangat besar. Apalagi, biasanya masyarakat akan berbelanja lebih banyak untuk keperluan perayaan maupun liburan keluarga.
Para pedagang juga mengharapkan agar pemerintah terus mendukung pasar rakyat dengan menjaga kestabilan harga, memperlancar distribusi barang, serta memberikan pelatihan-pelatihan kewirausahaan.
“Kami ini butuh semangat juga. Kalau ada perhatian dari pemerintah dan pasar tetap ramai, kami bisa bertahan, bahkan bisa berkembang,” kata pedagang makanan ringan yang berharap bisa membuka cabang kecil di luar pasar.
Penutup
Optimisme para pedagang Pasar Banjarsari menjadi gambaran nyata bahwa semangat ekonomi kerakyatan masih sangat hidup. Dengan fasilitas yang terus ditingkatkan, harga yang stabil, dan dukungan dari berbagai pihak, pasar tradisional tetap menjadi tulang punggung perekonomian lokal.
